Sejarah Desa Kita

Sekitar tahun 1910, di masa penjajahan Belanda, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Desa Bagor masih berupa kumpulan kampung kecil. Tiap kampung punya kepala kampung sendiri atau yang disebut disepuhi. Waktu itu ada Kampung Mojolegi yang dipimpin Pawiro Sentono, Kampung Tegalrejo dipimpin Kerto Dikromo, Kampung Kaliapang dan Kampung Bagor dipimpin Mangun Pawiro, Kampung Muneng dipimpin Kerto Lengkong, dan Kampung Cabe dipimpin Wiro Sudarmo. Karena Wono Karso, kepala kampung dari Kampung Bagor, dianggap paling sepuh dan dituakan, akhirnya pusat kelurahan diputuskan untuk ditempatkan di Kampung Bagor. Sejak saat itu, nama Bagor mulai dikenal sebagai pusat pemerintahan desa.

Sekitar tahun 1921, pengaruh pemerintahan Belanda semakin terasa. Desa Bagor kemudian ditetapkan sebagai satu komplek pemerintahan. Dalam rapat yang difasilitasi Belanda, Mangun Pawiro dari Kampung Kaliapang terpilih sebagai kepala desa, yang saat itu disebut demang. Sejak itu juga, pusat kelurahan berpindah ke Kampung Kaliapang.

Setelah Indonesia merdeka, jabatan demang berubah menjadi lurah. Mangun Pawiro tetap melanjutkan kepemimpinannya dan tercatat sebagai kepala desa pertama Desa Bagor secara resmi, didampingi carik bernama Marto Diharjo.

Dari masa ke masa, kepemimpinan Desa Bagor terus berganti: Mangun Pawiro (1921–1971), Pj Sastro Sajarwo (1971–1979), Joko Turdiyono (1980–1998), Yaman (1998–2006), Edy Sutrisno (2006–2013), hingga Kukuh Riyanto yang menjabat sejak 2013, terpilih kembali pada 2019, dan masih menjabat sampai sekarang.